Pemetaan Bahasa
Pemetaan Bahasa

Pemetaan Bahasa

(Ni Putu Ayu Krisna Dewi, Ni Luh Partami, I Gde Wayan Soken Bandana, I Nyoman Sutrisna)

2015

Abstrak

 

Kegiatan pemetaan bahasa Tahun 2015 bertujuan untuk mendokumentasikan bahasa-bahasa daerah yang ada di wilayah Provinsi Bali dalam upaya melestarikan bahasa daerah sebagai salah satu unsur kebudayaan nasional. Selain itu, pemetaan bahasa juga bertujuan untuk menggambarkan kantong penutur bahasa yang masih hidup dan berkembang di wilayah Provinsi Bali, menggambarkan situasi kebahasaan di daerah kantong penutur bahasa dan daerah sebarannya, serta menjelaskan tingkat perbedaan yang terdapat di antara bahasa-bahasa daerah tersebut. Sasaran kegiatan ini adalah kantong-kantong penutur bahasa non-Bali yang tersebar di wilayah Provinsi Bali. Pada tahun anggaran 2015, daerah kantong penutur bahasa yang dijadikan sasaran difokuskan di wilayah Bali bagian utara dan Bali bagian barat. Kedua wilayah ini merupakan daerah perbatasan yang dihuni oleh berbagai etnis dan termasuk ke dalam daerah yang berpenduduk multilingual. Kajian pemetaan bahasa ini berlandaskan pada teori dialektologi atau geografi dialek dan didukung dengan teori sosiolinguistik untuk menggambarkan situasi kebahasaan pada masing-masing daerah pengamatan. Kajian pemetaan bahasa menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.

Hasil analisis menunjukkan bahwa ada enam kantong penutur bahasa non-Bali yang tersebar di wilayah Bali bagian utara dan Bali bagian barat. Ketujuh kantong penutur bahasa itu adalah (1) kantong penutur bahasa Melayu; (2) kantor penutur bahasa Madura; (3) kantong penutur bahasa jawa; (4) kantong penutur bahasa Mandar; (5) kantong penutur bahasa Bajo; dan (6) kantong penutur bahasa Sasak. Di Kabupaten Jembrana yang merupakan wilayah Bali bagian barat ditemukan 3 (tiga) kantong penutur bahasa, yaitu kantong penutur bahasa Melayu, Jawa, dan Madura. Sementara itu, di Kabupaten Buleleng yang merupakan wilayah Bali bagian utara ditemukan 4 (empat) kantong penutur bahasa, yaitu kantong penutur bahasa Mandar, Bajo, Sasak, dan Madura. Tingkat perbedaan di antara bahasa-bahasa daerah di daerah kantong penutur dihitung dengan menggunakan metode dialektometri. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa bahasa Madura menunjukkan status beda bahasa dengan bahasa Mandar dan bahasa Bajo, sedangkan dengan bahasa Jawa, Melayu, dan Sasak menunjukkan status beda dialek. Bahasa Melayu menunjukkan status beda bahasa hanya dengan bahasa Mandar. Bahasa Jawa menunjukkan status beda bahasa dengan bahasa Mandar dan bahasa Bajo. Bahasa Mandar dan bahasa Bajo menunjukkan status beda bahasa dengan semua bahasa, yaitu bahasa Jawa, Melayu, Madura, dan Sasak.

 

Kata kunci: pemetaan bahasa, kantong penutur bahasa